468x60 Ads

Presiden Sampaikan Keragaman Budaya Indonesia di Sesi Khusus UNESCO


T. Wijaya | 01.01 |

Presiden Yudhoyono (kanan) saat menyambut kedatangan PM Republik Perancis Francois Fillon di Istana Merdeka, Jakarta, 1 Juli 2011 lalu. Presiden Yudhoyono dan PM Fillon beserta masing-masing delegasi melakukan pertemuan bilateral guna meningkatkan hubungan kerja sama antara kedua negara. Foto: Investor Daily/DAVID GITA ROZA

PARIS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu (2/11) dijadwalkan akan menyampaian pandangan mengenai upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga dan mengembangkan keragaman budaya dalam sesi khusus sidang UNESCO untuk memperingati 10 tahun deklarasi keragaman budaya.

Presiden dijadwalkan akan menyampaikan pandangan itu Rabu pagi waktu setempat atau Selasa sore waktu Indonesia di markas besar UNESCO di Paris, Perancis. "Indonesia dipilih untuk menyampaikan pidato utama karena mereka menilai Indonesia memiliki contoh budaya yang amat beragam ...yang pada akhirnya menjadi kekuatan," kata Presiden sebelum bertolak menuju Prancis.

"Mereka tahu managing diversity (menangani keanekaragaman, red) bukan sesuatu yang mudah dan apa saja yang dilakukan dalam kaitan itu," ujarnya.

Presiden dan rombongan tiba di bandara Orly Paris pada Minggu (31/10) malam pukul 20:30 waktu setempat atau Senin (1/11) pukul 02:30 WIB.

Pada Selasa (1/11) Presiden dijadwalkan beramah tamah dengan jajaran kedutaan besar RI di Perancis dan perwakilan masyarakat Indonesia dalam sebuah acara makan pagi dan sore harinya Presiden dan Ibu Negara akan menghadiri acara peluncuran edisi buku "Harus Bisa" karya Dino Patti Djalal dalam bahasa Perancis.

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) merupakan organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada 16 November 1945 melalui penandatanganan konstitusi UNESCO oleh 37 negara. Konstitusi itu sendiri baru berlaku pada 1946 setelah Yunani menjadi negara ke-20 yang meratifikasinya.

Badan PBB itu mempunyai tujuan untuk menciptakan perdamaian melalui pengetahuan dengan melaksanakan strategi yang berdasarkan prinsip dan norma universal serta nilai-nilai bersama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi/informasi.

Strategi dasar UNESCO dalam menjalankan misinya tersebut adalah dengan membuka jalan menuju ilmu pengetahuan serta memperluas komunikasi dan saling pengertian di antara sesama manusia.

Saat ini badan PBB tersebut memiliki 193 negara anggota dan tujuh asosiasi internasional.

Indonesia sendiri menjadi anggota badan PBB tersebut pada 27 Mei 1950. Pada awalnya Kepala Kantor Wakil RI pada UNESCO dirangkap oleh duta besar RI untuk Perancis. Pada 1956 pejabat yang ditunjuk mewakili RI diparcayakan pada atase pendidikan dan kebudayaan, Kemudian pada 1968 sampai 1972 jabatan itu kembali dirangkap oleh duta besar.

Dengan peningkatan keterlibatan Indonesia dalam berbagai program UNESCO termasuk pemugaran Candi Borobudur maka pada 1972 pemerintah mengangkat wakil RI untuk UNESCO dengan gelar Duta Besar, agar penanganan masalah-masalah UNESCO terutama yang berkaitan dengan kepentingan RI dapat dilakukan dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar